Rabu, 12 Februari 2020

EDUKASI BISNIS

Membuat Penawaran Jitu


Ketika seseorang berbelanja, maka terjadilah pertemuan pedagang dan pembeli. Pedagang menawarkan dagangannya, sedangkan pembeli memillih dagangan yang ingin dibelinya. Maka terjadilah proses tawar menawar. Pedagang ingin menjual barangnya dengan sesuai harga yang sudah ditentukannya, sedangkan pembeli ingin mendapatkan harga semurah mungkin.

Awas! Jangan Sampai Anda Keliru memahami Hal ini
"Semakin mahal harganya, semakin pelanggan berpikir kualitas produknya bagus"
Pernahkah Anda mendengar istilah tersebut? Apakah Anda setuju?
Coba Anda bayangkan, seandainya didepan Anda ada sebuah menu makanan dari sebuah restoran yang
bertuliskan berikut ini:
- Ayam: Rp 500.000

- Telor Dadar : Rp 300.000
- Nasi Putih : Rp 100.000
- Es Teh : Rp 70.000
- Es Jeruk : Rp 100.000
Apa yang Anda pikirkan tentang si Owner restoran tsb?
Yang pasti, ada 3 kemungkinan yg Anda pikirkan tentang Owner dari Restoran tsb:
1. Goblok
2. Gila
3. Setengah Waras
Apa hikmahnya?
“Tidak semua produk bisa diperlakukan sesuai dg hukum di atas”.
Masalah Harga adalah sesuatu yg sangat Sensitif dan Penting. Jika Anda salah dalam menetapkan
Harga utk produk Anda, ada 3 kemungkinan yg akan terjadi :
1. Produk Anda tidak laku
2. Anda menghancurkan harga pasar
3. Profit yang Anda dapatkan sangat kecil
So, pastikan Anda menetapkan harga sesuai dengan kebutuhan dan konsep yang telah Anda buat.
Jangan sampai keliru!
(dikutip sebagai contoh saja dari Copyright © 2014 PT. Billionaire Coach, All rights reserved)


Anda tentu kenal yang namanya Joe Girard. Ia adalah the Best Salesman in the World dan satu2nya
salesman yg namanya tercatat dalam rekor dunia.
Tapi tahukah Anda Rahasia terbesar Joe Girard sampai ia mampu mencapai Puncak Prestasi tsb?
Begini ceritanya...
Dulu, Joe Girard cukup Sukses di bisnis properti. Tapi karena gampang percaya sama orang, ia pun
Tertipu. Bisnis propertinya hancur dan ia berhutang 60.000 US$.
Saat bangkrut, istrinya berkata kepadanya:
"Joe, kita tidak punya makanan apapun lg di rumah. Anak2 minta makanan"



Itulah titik terendah dlm hidupnya. Akhirnya ia harus mengemis2 kepada pemilik dealer mobil utk bisa
bekerja disana. Ia pun diterima.
Singkat cerita, ia pun kini tercatat sbg the Best Salesman in the World dg menjual mobil di tempat ia
bekerja tsb. Bayangkan, ia berhasil menjual 13.001 mobil selama 15 tahun karirnya.
Lalu apa Rahasia Kesuksesannya?
Simak perkataan Joe Girard berikut ini:
"Semuanya dimulai dari titik terendah yg saya alami dalam hidup. Kalau seandainya tidak ada titik
terendah itu, mungkin saya tidak akan melesat ke atas. Ketika sampai di titik terendah, kemana lagi
Anda bisa bergerak selain memantul ke atas"
Apa Hikmahnya?
Titik terendah dalam hidup adalah Momentum paling tepat untuk mencapai puncak karir. Jika saat ini
Anda sedang berada dalam titik ini, Ayo Bangkit! Tirulah Joe Girard.. Jika ia saja bisa, Anda juga

PASTI BISA!




Rabu, 12 Agustus 2015

Diri Sendiri

Sesungguhnya apa saja yang dilakukan seseorang akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik yang dilakukan maka kebaikan pula yang akan didapatkan. Buruk yang dikerjakan maka keburukan pula yang akan didapatkan.
Kalimat di atas hampir semua orang sudah mendengar dan membacanya, diantaranya melalui firman Allah Swt dalam Al Qur’an surat al Zalzalah ayat 7-8 :  Barang siapa mengerjakan kebaikan walau sebesar biji zarrah (atom) maka dia akan melihat (balasan) nya.  Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar biji zarrah pun akan melihat (balasan) nya.
Akan tetapi dalam kenyataannnya banyak orang yang menyatakan mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu karena orang lain. Contohnya pada beberapa pernyataan berikut :
Seorang guru berkata pada muridnya, “Kalau bukan karena kamu, supaya kamu lulus ujian, Pak Guru tidak akan mau bersusah-susah mengajar.”
Seorang ibu yang jengkel sama anaknya berkata, “Ibu ingin kamu anakku berhasil, maka ibu melakukan apa saja demi kamu.”
Seorang politikus berkata dalam sebuah wawancara di TV, “Saya melakukan ini, itu kan demi rakyat. Sama sekali bukan untuk kepentingan saya pribadi.”
Seorang karyawan, bilang ke teman-temannya, ” saya melakukan ini semua demi nama baik bos, pada hal kau dipikir-pikir saya dapat apa?”
Para Pemimpin (Pemerintah)  sering mengatakan, melakukan ini dan itu adalah demi rakyat;
Benarkah hal itu  untuk orang lain? Benarkah hal itu dilakukan bukan untuk kepentingan dirinya. Mari kita analisa pernyataan di atas satu persat :
Pada jaman sekarang ini orang menjadi guru adalah sebagai pekerjaan dan sebagai mata pencaharian. Sepertinya tidak lagi seperti pada masa-masa dulu bahwa ada sebagian orang menjadi guru adalah untuk mengabdi dan untuk memajukan anak-anak bangsa. Tetapi apabila menjadi guru untuk mencari nafkah, maka aktifitas mengajar adalah tugasnya. Karena melaksanakan tugas mengajar maka ia digaji oleh pemerintah bagi yang PNS atau oleh yayasan bagi non PNS. Maka sungguh tidak pantas seorang guru melepaskan kalimat-kalimat seperti di hadapan murid-muridnya. Atau, andaipun ia menjafdi guru karena mengabdi, karena ingin beramal sholeh, maka balasannya kelak juga untuk dirinya sendiri, apabila yang dilakukan benar-benar ikhlas karena Allah Swt.
Seorang ibu terhadap anaknya. Mungkin tidak dapat disangsikan bahwa seorang ibu berbuat untuk anaknya adalah tulus tanpa mengharapkan balasan apa-apa dari anaknya. Kalaupun ada satu dua orang ibu yang berbuat kepada anaknya dengan harapan kelak anaknya akan membalas, maka hal itu adalah pengecualian. Kalau anak itu menjadi anak yang sukses maka sang ibu akan merasakan kebahagian, sebagaimana kebalikannya jika anaknya nakal maka sang ibu pula yang merasakan kecewanya. Keikhlasan seorang ibu, balasannya akan kembali kepada ibu itu sendiri.
Politikus? Ya Politikus. Mereka adalah wakil rakyat. Walaupun hampir semuanya memajukan diri  untuk menjadi wakil rakyat, bukan diajukan sebagai wakil, melainkan mempromosikan diri sampai mengeluarkan dana yang begitu besar agar terpilih menjadi wakil rakyat. Maka ucapannya harus menyatakan bahwa apapun yang dilakukannya adalah demi rakyat. Sungguh, apa yang dilakukan sebagai wakil rakyat adalah untuk dirinya sendiri. ia ingin periode berikutnya terpilih lagi. Ia ingin supaya di kantor dianggap bekerja, bukan datang untuk D4 (datang, duduk,dengar, duit). Ia pun memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bekerja sebagai karyawan, semua orang tahu adalah untuk mencari nafkah, untuk mendapatkan penghasilan. Lalu mengapa ada karyawan yang menyatakan bahwa dia bekerja demi nama baik bos, demi perusahaan. Bukankah hal itu adalah pekerjaannya. Maka kalau ada karyawan yang suka berkata seperti itu, secepatnya dia harus dikembalikan kepada jalan yang lurus. Bahwa dia bekerja untuk dirinya sendiri, demi dia mendapat penghasilan.




Pemimpin atau Pemerintah adalah pimpinan dari abdi rakyat, mereka bekerja untuk rakyat. Karena hal itu memang merupakan pekerjaan yang harus dilakukannya. Mereka digaji untuk melayani rakyat. Dengan pekerjaan itu maka negara membayar mereka dengan gaji dan tunjangan tertentu.  Jadi sungguh mereka bekerja sebenarnya untuk diri mereka sendiri.Sesungguhnya apa saja yang dilakukan seseorang akan kembali kepada dirinya sendiri. Baik yang dilakukan maka kebaikan pula yang akan didapatkan. Buruk yang dikerjakan maka keburukan pula yang akan didapatkan.
Kalimat di atas hampir semua orang sudah mendengar dan membacanya, diantaranya melalui firman Allah Swt dalam Al Qur’an surat al Zalzalah ayat 7-8 :  Barang siapa mengerjakan kebaikan walau sebesar biji zarrah (atom) maka dia akan melihat (balasan) nya.  Dan barang siapa mengerjakan kejahatan sebesar biji zarrah pun akan melihat (balasan) nya.
Akan tetapi dalam kenyataannnya banyak orang yang menyatakan mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu karena orang lain. Contohnya pada beberapa pernyataan berikut :
Seorang guru berkata pada muridnya, “Kalau bukan karena kamu, supaya kamu lulus ujian, Pak Guru tidak akan mau bersusah-susah mengajar.”
Seorang ibu yang jengkel sama anaknya berkata, “Ibu ingin kamu anakku berhasil, maka ibu melakukan apa saja demi kamu.”
Seorang politikus berkata dalam sebuah wawancara di TV, “Saya melakukan ini, itu kan demi rakyat. Sama sekali bukan untuk kepentingan saya pribadi.”
Seorang karyawan, bilang ke teman-temannya, ” saya melakukan ini semua demi nama baik bos, pada hal kau dipikir-pikir saya dapat apa?”
Para Pemimpin (Pemerintah)  sering mengatakan, melakukan ini dan itu adalah demi rakyat;
Benarkah hal itu  untuk orang lain? Benarkah hal itu dilakukan bukan untuk kepentingan dirinya. Mari kita analisa pernyataan di atas satu persat :
Pada jaman sekarang ini orang menjadi guru adalah sebagai pekerjaan dan sebagai mata pencaharian. Sepertinya tidak lagi seperti pada masa-masa dulu bahwa ada sebagian orang menjadi guru adalah untuk mengabdi dan untuk memajukan anak-anak bangsa. Tetapi apabila menjadi guru untuk mencari nafkah, maka aktifitas mengajar adalah tugasnya. Karena melaksanakan tugas mengajar maka ia digaji oleh pemerintah bagi yang PNS atau oleh yayasan bagi non PNS. Maka sungguh tidak pantas seorang guru melepaskan kalimat-kalimat seperti di hadapan murid-muridnya. Atau, andaipun ia menjafdi guru karena mengabdi, karena ingin beramal sholeh, maka balasannya kelak juga untuk dirinya sendiri, apabila yang dilakukan benar-benar ikhlas karena Allah Swt.
Seorang ibu terhadap anaknya. Mungkin tidak dapat disangsikan bahwa seorang ibu berbuat untuk anaknya adalah tulus tanpa mengharapkan balasan apa-apa dari anaknya. Kalaupun ada satu dua orang ibu yang berbuat kepada anaknya dengan harapan kelak anaknya akan membalas, maka hal itu adalah pengecualian. Kalau anak itu menjadi anak yang sukses maka sang ibu akan merasakan kebahagian, sebagaimana kebalikannya jika anaknya nakal maka sang ibu pula yang merasakan kecewanya. Keikhlasan seorang ibu, balasannya akan kembali kepada ibu itu sendiri.
Politikus? Ya Politikus. Mereka adalah wakil rakyat. Walaupun hampir semuanya memajukan diri  untuk menjadi wakil rakyat, bukan diajukan sebagai wakil, melainkan mempromosikan diri sampai mengeluarkan dana yang begitu besar agar terpilih menjadi wakil rakyat. Maka ucapannya harus menyatakan bahwa apapun yang dilakukannya adalah demi rakyat. Sungguh, apa yang dilakukan sebagai wakil rakyat adalah untuk dirinya sendiri. ia ingin periode berikutnya terpilih lagi. Ia ingin supaya di kantor dianggap bekerja, bukan datang untuk D4 (datang, duduk,dengar, duit). Ia pun memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bekerja sebagai karyawan, semua orang tahu adalah untuk mencari nafkah, untuk mendapatkan penghasilan. Lalu mengapa ada karyawan yang menyatakan bahwa dia bekerja demi nama baik bos, demi perusahaan. Bukankah hal itu adalah pekerjaannya. Maka kalau ada karyawan yang suka berkata seperti itu, secepatnya dia harus dikembalikan kepada jalan yang lurus. Bahwa dia bekerja untuk dirinya sendiri, demi dia mendapat penghasilan.
Pemimpin atau Pemerintah adalah pimpinan dari abdi rakyat, mereka bekerja untuk rakyat. Karena hal itu memang merupakan pekerjaan yang harus dilakukannya. Mereka digaji untuk melayani rakyat. Dengan pekerjaan itu maka negara membayar mereka dengan gaji dan tunjangan tertentu.  Jadi sungguh mereka bekerja sebenarnya untuk diri mereka sendiri.