Sesungguhnya apa saja yang dilakukan seseorang akan kembali
kepada dirinya sendiri. Baik yang dilakukan maka kebaikan pula yang akan
didapatkan. Buruk yang dikerjakan maka keburukan pula yang akan didapatkan.
Kalimat di atas hampir semua orang sudah mendengar dan
membacanya, diantaranya melalui firman Allah Swt dalam Al Qur’an surat al
Zalzalah ayat 7-8 : Barang siapa mengerjakan kebaikan walau sebesar biji
zarrah (atom) maka dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa
mengerjakan kejahatan sebesar biji zarrah pun akan melihat (balasan) nya.
Akan tetapi dalam kenyataannnya banyak orang yang menyatakan
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu karena orang lain. Contohnya
pada beberapa pernyataan berikut :
Seorang guru berkata pada muridnya, “Kalau bukan karena
kamu, supaya kamu lulus ujian, Pak Guru tidak akan mau bersusah-susah
mengajar.”
Seorang ibu yang jengkel sama anaknya berkata, “Ibu ingin
kamu anakku berhasil, maka ibu melakukan apa saja demi kamu.”
Seorang politikus berkata dalam sebuah wawancara di TV,
“Saya melakukan ini, itu kan demi rakyat. Sama sekali bukan untuk kepentingan
saya pribadi.”
Seorang karyawan, bilang ke teman-temannya, ” saya melakukan
ini semua demi nama baik bos, pada hal kau dipikir-pikir saya dapat apa?”
Para Pemimpin (Pemerintah) sering mengatakan,
melakukan ini dan itu adalah demi rakyat;
Benarkah hal itu untuk orang lain? Benarkah hal itu
dilakukan bukan untuk kepentingan dirinya. Mari kita analisa pernyataan di atas
satu persat :
Pada jaman sekarang ini orang menjadi
guru adalah sebagai
pekerjaan dan sebagai mata pencaharian. Sepertinya tidak lagi seperti pada
masa-masa dulu bahwa ada sebagian orang menjadi guru adalah untuk mengabdi dan
untuk memajukan anak-anak bangsa. Tetapi apabila menjadi guru untuk mencari
nafkah, maka aktifitas mengajar adalah tugasnya. Karena melaksanakan tugas
mengajar maka ia digaji oleh pemerintah bagi yang PNS atau oleh yayasan bagi
non PNS. Maka sungguh tidak pantas seorang guru melepaskan kalimat-kalimat
seperti di hadapan murid-muridnya. Atau, andaipun ia menjafdi guru karena
mengabdi, karena ingin beramal sholeh, maka balasannya kelak juga untuk dirinya
sendiri, apabila yang dilakukan benar-benar ikhlas karena Allah Swt.
Seorang ibu terhadap anaknya. Mungkin tidak dapat
disangsikan bahwa seorang ibu berbuat untuk anaknya adalah tulus tanpa mengharapkan
balasan apa-apa dari anaknya. Kalaupun ada satu dua orang ibu yang berbuat
kepada anaknya dengan harapan kelak anaknya akan membalas, maka hal itu adalah
pengecualian. Kalau anak itu menjadi anak yang sukses maka sang ibu akan
merasakan kebahagian, sebagaimana kebalikannya jika anaknya nakal maka sang ibu
pula yang merasakan kecewanya. Keikhlasan seorang ibu, balasannya akan kembali
kepada ibu itu sendiri.
Politikus? Ya Politikus. Mereka adalah wakil rakyat.
Walaupun hampir semuanya memajukan diri untuk menjadi wakil rakyat, bukan
diajukan sebagai wakil, melainkan mempromosikan diri sampai mengeluarkan dana
yang begitu besar agar terpilih menjadi wakil rakyat. Maka ucapannya harus
menyatakan bahwa apapun yang dilakukannya adalah demi rakyat. Sungguh, apa yang
dilakukan sebagai wakil rakyat adalah untuk dirinya sendiri. ia ingin periode
berikutnya terpilih lagi. Ia ingin supaya di kantor dianggap bekerja, bukan
datang untuk D4 (datang, duduk,dengar, duit). Ia pun memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bekerja sebagai karyawan, semua orang tahu adalah untuk
mencari nafkah, untuk mendapatkan penghasilan. Lalu mengapa ada karyawan yang
menyatakan bahwa dia bekerja demi nama baik bos, demi perusahaan. Bukankah hal
itu adalah pekerjaannya. Maka kalau ada karyawan yang suka berkata seperti itu,
secepatnya dia harus dikembalikan kepada jalan yang lurus. Bahwa dia bekerja
untuk dirinya sendiri, demi dia mendapat penghasilan.
Pemimpin atau Pemerintah adalah pimpinan dari abdi rakyat,
mereka bekerja untuk rakyat. Karena hal itu memang merupakan pekerjaan yang
harus dilakukannya. Mereka digaji untuk melayani rakyat. Dengan pekerjaan itu
maka negara membayar mereka dengan gaji dan tunjangan tertentu. Jadi
sungguh mereka bekerja sebenarnya untuk diri mereka sendiri.Sesungguhnya apa saja yang dilakukan seseorang akan kembali
kepada dirinya sendiri. Baik yang dilakukan maka kebaikan pula yang akan
didapatkan. Buruk yang dikerjakan maka keburukan pula yang akan didapatkan.
Kalimat di atas hampir semua orang sudah mendengar dan
membacanya, diantaranya melalui firman Allah Swt dalam Al Qur’an surat al
Zalzalah ayat 7-8 : Barang siapa mengerjakan kebaikan walau sebesar biji
zarrah (atom) maka dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa
mengerjakan kejahatan sebesar biji zarrah pun akan melihat (balasan) nya.
Akan tetapi dalam kenyataannnya banyak orang yang menyatakan
mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu karena orang lain. Contohnya
pada beberapa pernyataan berikut :
Seorang guru berkata pada muridnya, “Kalau bukan karena
kamu, supaya kamu lulus ujian, Pak Guru tidak akan mau bersusah-susah
mengajar.”
Seorang ibu yang jengkel sama anaknya berkata, “Ibu ingin
kamu anakku berhasil, maka ibu melakukan apa saja demi kamu.”
Seorang politikus berkata dalam sebuah wawancara di TV,
“Saya melakukan ini, itu kan demi rakyat. Sama sekali bukan untuk kepentingan
saya pribadi.”
Seorang karyawan, bilang ke teman-temannya, ” saya melakukan
ini semua demi nama baik bos, pada hal kau dipikir-pikir saya dapat apa?”
Para Pemimpin (Pemerintah) sering mengatakan,
melakukan ini dan itu adalah demi rakyat;
Benarkah hal itu untuk orang lain? Benarkah hal itu
dilakukan bukan untuk kepentingan dirinya. Mari kita analisa pernyataan di atas
satu persat :
Pada jaman sekarang ini orang menjadi guru adalah sebagai
pekerjaan dan sebagai mata pencaharian. Sepertinya tidak lagi seperti pada
masa-masa dulu bahwa ada sebagian orang menjadi guru adalah untuk mengabdi dan
untuk memajukan anak-anak bangsa. Tetapi apabila menjadi guru untuk mencari
nafkah, maka aktifitas mengajar adalah tugasnya. Karena melaksanakan tugas
mengajar maka ia digaji oleh pemerintah bagi yang PNS atau oleh yayasan bagi
non PNS. Maka sungguh tidak pantas seorang guru melepaskan kalimat-kalimat
seperti di hadapan murid-muridnya. Atau, andaipun ia menjafdi guru karena
mengabdi, karena ingin beramal sholeh, maka balasannya kelak juga untuk dirinya
sendiri, apabila yang dilakukan benar-benar ikhlas karena Allah Swt.
Seorang ibu terhadap anaknya. Mungkin tidak dapat
disangsikan bahwa seorang ibu berbuat untuk anaknya adalah tulus tanpa mengharapkan
balasan apa-apa dari anaknya. Kalaupun ada satu dua orang ibu yang berbuat
kepada anaknya dengan harapan kelak anaknya akan membalas, maka hal itu adalah
pengecualian. Kalau anak itu menjadi anak yang sukses maka sang ibu akan
merasakan kebahagian, sebagaimana kebalikannya jika anaknya nakal maka sang ibu
pula yang merasakan kecewanya. Keikhlasan seorang ibu, balasannya akan kembali
kepada ibu itu sendiri.
Politikus? Ya Politikus. Mereka adalah wakil rakyat.
Walaupun hampir semuanya memajukan diri untuk menjadi wakil rakyat, bukan
diajukan sebagai wakil, melainkan mempromosikan diri sampai mengeluarkan dana
yang begitu besar agar terpilih menjadi wakil rakyat. Maka ucapannya harus
menyatakan bahwa apapun yang dilakukannya adalah demi rakyat. Sungguh, apa yang
dilakukan sebagai wakil rakyat adalah untuk dirinya sendiri. ia ingin periode
berikutnya terpilih lagi. Ia ingin supaya di kantor dianggap bekerja, bukan
datang untuk D4 (datang, duduk,dengar, duit). Ia pun memperoleh penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Bekerja sebagai karyawan, semua orang tahu adalah untuk
mencari nafkah, untuk mendapatkan penghasilan. Lalu mengapa ada karyawan yang
menyatakan bahwa dia bekerja demi nama baik bos, demi perusahaan. Bukankah hal
itu adalah pekerjaannya. Maka kalau ada karyawan yang suka berkata seperti itu,
secepatnya dia harus dikembalikan kepada jalan yang lurus. Bahwa dia bekerja
untuk dirinya sendiri, demi dia mendapat penghasilan.
Pemimpin atau Pemerintah adalah pimpinan dari abdi rakyat,
mereka bekerja untuk rakyat. Karena hal itu memang merupakan pekerjaan yang
harus dilakukannya. Mereka digaji untuk melayani rakyat. Dengan pekerjaan itu
maka negara membayar mereka dengan gaji dan tunjangan tertentu. Jadi
sungguh mereka bekerja sebenarnya untuk diri mereka sendiri.